Selasa, 27 Agustus 2013

Bokep Indo Part 17

 
boking online cewek smu 17 tahun

TANTE MULAT


Namaku Adith, umurku 30 tahun dengan tinggi badan 185 cm dan berat badan 82 kg. Aku kini bekerja sebagai supervisor di salah satu perusahaan di Jakarta. Aku mempunyai seorang tante yang umurnya waktu itu 36 tahun. Tante Mulat adalah Adik dari Mamaku. Tante Mulat sudah menjanda selama lima tahun. Dari perkawinan dia dengan almarhum suaminya tidak di karunia anak. Tante Mulat sendiri melanjutkan usaha peninggalan dari almarhum suaminya. Dia tinggal di salah satu perumahan yang tidak jauh dari rumahku. Dia tinggal dengan seorang pembantunya, Mbak Sumi. 

Tante Mulat ini orangnya menurutku seksi sekali. Payudaranya besar bulat dengan ukuran 36C, sedangkan tingginya sekitar 175 cm dengan kaki langsing seperti peragawati dan perutnya rata soalnya dia belum punya anak. Hal ini membuatku sering ke rumahnya dan betah berlama-lama kalau sedang ada waktu.
Dan sehari-harinya aku cuma mengobrol dengan Tante Mulat yang seksi ini dan dia itu orangnya supel benar tidak canggung cerita-cerita denganku.
Dari cerita Tante Mulat bisa aku tebak bahwa dia itu orangnya kesepian sekali semenjak suaminya meninggal. Maka aku berupaya menemaninya dan sekalian ingin melihat tubuhnya yang seksi. Setiap kali aku melihat tubuhnya yang seksi, aku selalu terangsang dan aku lampiaskan dengan onani sambil membayangkan tubuhnya. Kadangkala timbul pikiran kotorku ingin bersetubuh dengannya tapi aku tidak berani berbuat macam-macam terhadap dia, aku takut nanti dia akan marah dan melaporkan ke orang tuaku.
Hari demi hari keinginanku untuk bisa mendapatkan Tante Mulat semakin kuat saja. Kadang-kadang kupergoki Tante Mulat saat abis mandi, dia hanya memakai lilitan handuk saja. Melihatnya jantungku deg-degan rasanya, ingin segera membuka handuknya dan melahap habis tubuh seksinya itu. Kadang-kadang juga dia sering memanggilku ke kamarnya untuk mengancingkan bajunya dari belakang. Benar-benar memancing gairahku.
Sampai pada hari itu tepatnya malam minggu, aku sedang malas keluar bersama teman-teman dan aku pun pergi ke rumah Tante Mulat. Sesampai di rumahnya, Tante Mulat baru akan bersiap makan dan sedang duduk di ruang tamu sambil membaca majalah. Kami pun saling bercerita, tiba-tiba hujan turun deras sekali dan Tante Mulat memintaku menginap saja di rumahnya malam ini dan memintaku memberitahu orang tuaku bahwa aku akan menginap di rumahnya berhubung hujan deras sekali.
“Dith, tante mau tidur dulu ya, udah ngantuk, kamu udah ngantuk belum?”, katanya sambil menguap.
“Belum tante”, jawabku.
“Oh ya tante, Adithth boleh pakai komputernya nggak, mau cek email bentar”, tanyaku.
“Boleh, pakai aja” jawabnya lalu dia menuju ke kamarnya.
Lalu aku memakai komputer di ruang kerjanya dan mengakses situs porno. Dan terus terang tanpa sadar kukeluarkan kemaluanku yang sudah tegang sambil melihat gambar wanita setengah baya bugil. Kemudian kuelus-elus batang kemaluanku sampai tegang sekali berukuran sekitar 15 cm karena aku sudah terangsang sekali. Tanpa kusadari, tahu-tahu Tante Mulat masuk menyelonong begitu saja tanpa mengetuk pintu. Saking kagetnya aku tidak sempat lagi menutup batang kemaluanku yang sedang tegang itu. Tante Mulat sempat terbelalak melihat batang kemaluanku yang sedang tegang hingga langsung saja dia bertanya sambil tersenyum manis.
“Hayyoo lagi ngapain kamu, Dith?” tanyanya.
“Aah, nggak apa-apa tante lagi cek email” jawabku sekenanya. Tapi Tante Mulat sepertinya sadar kalau aku saat itu sedang mengelus-elus batang kemaluanku.
“Ada apa sih tante?” tanyaku.
“Aah nggak, tante cuma pengen ajak kamu temenin tante nonton di kamar” jawabnya.
“Oh ya sudah, nanti saya nyusul ya tante” jawabku.
“Tapi jangan lama-lama yah” kata Tante Mulat lagi.
Setelah itu aku berupaya meredam ketegangan batang kemaluanku, lalu aku beranjak menuju ke kamar tante dan menemani Tante Mulat nonton film horor yang kebetulan juga banyak mengumbar adegan-adegan syur.
Melihat film itu langsung saja aku menjadi salah tingkah, soalnya batang kemaluanku langsung saja bangkit lagi. Malah Tante Mulat sudah memakai baju tidur yang tipis dan gilanya dia tidak memakai bra karena aku bisa melihat puting susunya yang agak mancung ke depan. Gairahku memuncak melihat pemandangan seperti itu, tapi apa boleh buat aku tidak berani berbuat macam-macam. Batang kemaluanku semakin tegang saja sehingga aku terpaksa bergerak-gerak sedikit guna membetulkan posisinya yang miring. Melihat gerakan-gerakan itu Tante Mulat rupanya langsung menyadari sambil tersenyum ke arahku.
“Lagi ngapain sih kamu, Dith?” tanyanya sambil tersenyum.
“Ah nggak apa-apa kok, tante” jawabku malu. Sementara itu Tante Mulat mendekatiku sehingga jarak kami semakin dekat di atas ranjang.
“Kamu terangsang yah, Dith, lihat film ini?”
“Ah nggak tante, biasa aja” jawabku mencoba mengendalikan diri.
Bisa kulihat payudaranya yang besar menantang di sisiku, ingin rasanya kuhisap-hisap sambil kugigit putingnya. Tapi rupanya hal ini tidak dirasakan olehku saja, Tante Mulat pun rupanya sudah agak terangsang sehingga dia mencoba mengambil serangan terlebih dahulu.
“Menurut kamu tante seksi nggak, Dith?” tanyanya.

“Wah seksi sekali tante” kataku.
“Seksi mana sama yang di film itu?” tanyanya lagi sambil membusungkan payudaranya sehingga terlihat semakin membesar.
“Wah seksi tante dong, abis bodynya tante bagus sih” kataku.
“Ah masa sih?” tanyanya.
“Iya benar tante, swear..” kataku.
Jarak kami semakin merapat karena Tante Mulat terus mendekatkan tubuhnya padaku, lalu dia bertanya lagi padaku..
“Kamu mau nggak kalo diajak begituan sama tante”.
“Mmaauu tante..” Ah, seperti ketiban durian runtuh, kesempatan ini tidak tentu aku sia-siakan, langsung saja aku memberanikan diri untuk mencoba mendekatkan diri pada Tante Mulat.
“Wahh barang kamu lumayan juga, Dith” katanya.
“Ah tante bisa aja.. Tante kok kelihatannya makin lama makin seksi aja sih.. Sampe saya gemes deh ngeliatnya..” kataku.
“Ah nakal kamu yah, Dith” jawabnya sambil meletakkan tangannya di atas kemaluanku.
“Waahh jangan dipegangin terus tante, ntar bisa tambah gede loh” kataku.
“Ah yang benar nih?” tanyanya.
“Iya tante.. Ehh.. Ehh aku boleh pegang itu nggak tante?” kataku sambil menunjuk ke arah payudaranya yang besar itu.
“Ah boleh aja kalo kamu mau” jawabnya.
Wah kesempatan besar, tapi aku agak sedikit takut, takut dia marah tapi tangan si tante sekarang malah sudah mengelus-elus kemaluanku sehingga aku memberanikan diri untuk mengelus payudaranya.
“Ahh.. Arghh enak Dith.. Kamu nakal ya” kata tante sembari tersenyum manis ke arahku, spontan saja kulepas tanganku.
“Loh kok dilepas sih Dith?” tanyanya.
“Ah takut tante marah” kataku.
“Oohh nggak lah, Dith.. Kemari deh”.
Tanganku digenggam Tante Mulat, kemudian diletakkan kembali di payudaranya sehingga aku pun semakin berani meremas-remas payudaranya.
“Aarrhh.. Sshh” rintihnya hingga semakin membuatku penasaran.
Lalu aku pun mencoba mencium Tante Mulat, sungguh di luar dugaanku, Tante Mulat menyambut ciumanku dengan beringas. Kami pun lalu berciuman dengan nafsu sekali sambil tanganku bergerilya di payudaranya yang sekal sekali itu.
“Ahh kamu memang hebat Dith.. Terusin Diith.. Malam ini kamu mesti memberikan kepuasan sama tante yah.. Arhh.. Arrhh”.
“Tante, aku boleh buka baju tante nggak?” tanyaku.
“Oohh silakan Dith”, sambutnya.
Dengan cepat kubuka bajunya sehingga payudaranya yang besar dengan puting yang kecoklatan sudah berada di depan mataku, langsung saja aku menjilat-jilat payudaranya yang memang aku kagumi itu.
“Arrgghh.. Arrgghh..” lagi-lagi tante mengerang-erang keenakan.
“Teruuss.. Teerruuss Dith.. Ahh enak sekali..”
Lama aku menjilati putingnya sehingga tanpa kusadari batang kemaluanku juga sudah mulai mengeluarkan cairan bening pelumas di atas kepalanya. Lalu sekilas kulihat tangan Tante Mulat sedang mengelus-elus bagian klitorisnya sehingga tanganku pun kuarahkan ke arah bagian celananya untuk kulepaskan.
“Aahh buka saja Dith.. Ahh”
Nafas Tante Mulat terengah-engah menahan nafsu. Seperti kesetanan aku langsung membuka CD-nya dan lalu kuciumi. Sekarang Tante Mulat sudah bugil total. Kulihat liang kemaluannya yang penuh dengan bulu. Lalu dengan pelan-pelan kumasukkan jariku untuk menerobos liang kemaluannya yang sudah basah itu.
“Arrhh.. Sshh.. Enak Dith.. Enak sekali” jeritnya.
Setelah puas jariku bergerilya lalu kudekatkan mukaku ke liang kemaluannya untuk menjilati bibir kemaluannya yang licin dan mengkilap itu. Lalu dengan nafsu kujilati liang kemaluannya dengan lidahku turun naik seperti mengecat saja. Tante Mulat semakin kelabakan hingga dia menggoyangkan kepalanya ke kanan dan ke kiri sambil meremas payudaranya.
“Aah.. Sshh tante udaahh nggaakk tahaann laaggii.. Tante udaahh maauu kkeeluuaarr.. Ohh”, dengan semakin cepat kujilati klitorisnya dan jariku kucobloskan ke liang kemaluannya yang semakin basah.
Beberapa saat kemudian tubuhnya bergerak dengan liar sepertinya akan orgasme. Lalu kupercepat jilatanku dan tusukan jariku sehingga dia merasa keenakkan sekali lalu dia menjerit..
“Oohh.. Aarrhh.. Tante udah keeluuaarr Diith.. Ahh” sambil menjerit kecil pantatnya digoyang-goyangkan dan lidahku masih terus menjilati bagian bibir kemaluannya sehingga cairan orgasmenya kujilati sampai habis. Kemudian tubuhnya tenang seperti lemas sekali.
“Wah ternyata kamu hebat sekali, tante sudah lama tidak merasakan kepuasan ini loh..” ujarnya sambil mencium bibirku sehingga cairan liang kemaluannya di bibirku ikut belepotan ke bibir Tante Mulat. Sementara itu batang kemaluanku yang masih tegang di elus-elus oleh Tante Mulat dan aku pun masih memilin-milin puting tante yang sudah semakin keras itu.
“Aahh..” desahnya sambil terus mencumbu bibirku.
“Sekarang giliran tante.. Tante akan buat kamu merasakan nikmatnya tubuh tante”.
Tangan Tante Mulat segera menggerayangi batang kemaluanku lalu digenggamnnya batang kemaluanku dengan erat sehingga agak terasa sakit tapi kudiamkan saja karena terasa enak juga diremas-remas oleh tangan Tante Mulat. Lalu aku juga tidak mau kalah, tanganku juga terus meremas-remas payudaranya yang indah itu. Rupanya Tante Mulat mulai terangsang kembali ketika tanganku meremas-remas payudaranya dengan sesekali kujilati putingnya yang sudah tegang itu, seakan-akan seperti orang kelaparan, kukulum terus puting susunya sehingga Tante Mulat menjAdith semakin blingsatan.
“Aahh kamu suka sekali sama dada tante yah, Dith?”
“Iya Tante abis tetek tante bentuknya sangat merangsang sih.. Terus besar tapi masih tetap kencang..”
“Aahh kamu memang pandai muji orang, Dith..”
Sementara itu tangannya masih terus membelai batang kemaluanku yang kepalanya sudah berwarna kemerahan tetapi tidak dikocok hanya dielus-elus. Lalu Tante Mulat mulai menciumi dadaku terus turun ke arah selangkanganku sehingga aku pun mulai merasakan kenikmatan yang luar biasa sampai akhirnya Tante Mulat berjongok di bawah ranjang dengan kepala mendekati batang kemaluanku. 

Sedetik kemudian dia mulai mengecup kepala batang kemaluanku yang telah mengeluarkan cairan bening pelumas dan merata tersebut ke seluruh kepala batang kemaluanku dengan lidahnya.
Aku benar-benar merasakan nikmatnya service yang diberikan oleh Tante Mulat. Lalu dia mulai membuka mulutnya dan lalu memasukkan batang kemaluanku ke dalam mulutnya sambil menghisap-hisap dan menjilati seluruh bagian batang kemaluanku sehingga basah oleh ludahnya. Selang beberapa menit setelah tante melakukan hisapannya, aku mulai merasakan desiran-desiran kenikmatan menjalar di seluruh batang kemaluanku lalu kuangkat Tante Mulat kemudian kudorong perlahan sehingga dia telentang di atas ranjang. Dengan penuh nafsu kuangkat kakinya sehingga dia mengangkang tepat di depanku.
“Aahh Dith, ayolah masukin batang kemaluan kamu ke tante yah.. Tante udah nggak sabar mau ngerasain memek tante disodok-sodok sama batangan kamu itu”.
“Iiyaa tante” kataku.
Lalu aku mulai membimbing batang kemaluanku ke arah lubang kemaluannya tapi aku tidak langsung memasukkannya tapi aku gesek-gesekan terlebih dulu ke bibir kemaluannya sehingga Tante Mulat lagi-lagi menjerit keenakan..
“Aahh.. Aahh.. Ayolah Dith, jangan tanggung-tanggung masukiinn..”
Lalu aku mendorong masuk batang kemaluanku. Uh, agak sempit rupanya lubang kemaluannya sehingga agak sulit memasukkan batang kemaluanku yang sudah tegang sekali itu.
“Aahh.. Sshh.. Oohh pelan-pelan Dith.. Teruss-teruuss.. Aahh”

Aku mulai mendorong kepala batang kemaluanku ke dalam liang kemaluan Tante Mulat sehingga dia merasakan kenikmatan yang luar biasa ketika batang kemaluanku sudah masuk semuanya. Kemudian batang kemaluanku mulai kupompakan dengan perlahan tapi dengan gerakan memutar sehingga pantat Tante Mulat juga ikut-ikutan bergoyang. Rasanya nikmat sekali karena goyangan pantat Tante Mulat menjAdithkan batang kemaluanku seperti dipilin-pilin oleh dinding liang kemaluannya yang seret itu dan rasanya seperti empotan ayam. Sementara itu aku terus menjilati puting dan menjilati leher yang dibasahi keringatnya. Sementara itu tangan Tante Mulat mendekap pantatku keras-keras sehingga kocokan yang kuberikan semakin cepat lagi.
“Oohh.. Sshh.. Dith.. Enak sekali.. Oohh.. Ohh..” mendengar rintihannya aku semakin bernafsu untuk segera menyelesaikan permainan ini.
“Aahh.. Cepat Di, tante mau keluuaarr.. Aahh”

Tubuh Tante Mulat kembali bergerak liar sehingga pantatnya ikut-ikutan naik. Rupanya dia kembali orgasme, bisa kurasakan cairan hangat menyiram kepala batang kemaluanku yang sedang merojok-rojok liang kemaluannya.
“Aahh.. Sshh.. Sshh”, desahnya, lalu tubuhnya kembali tenang menikmati sisa-sisa orgasmenya.
“Wahh kamu memang hebaat Dith.. Tante sampe keok dua kali sedangkan kamu masih tegar”
“Iiyaa tante.. Bentar lagi juga Adithth keluar nih..” ujarku sambil terus menyodok liang kemaluannya yang berdenyut-denyut itu.
“Aahh enak sekali tante.. Aahh..”
“Terusin Dith.. Terus.. Aahh.. Sshh” erangan Tante Mulat membuatku semakin kuat merojok-rojok batang kemaluanku dalam liang kemaluannya.
“Aauuhh pelan-pelan Dith, aahh.. Sshh”
“Aduh tante bentar lagi aku udah mau keluar nih..” kataku.
“Aahh.. Dith.. Keluarin di dalam aja yah.. Aahh.. Tante mau ngerasain.. Ahh.. Shh.. Mau rasain siraman hangat peju kamu..”
“Iiyyaa.. Tante..”
Lalu aku mengangkat kaki kanan tante sehingga posisi liang kemaluannya lebih menjepit batang kemaluanku.

“Aahh.. Oohh.. Aahh.. Sshh.. Tante, Adith mau keluar nih.. Ahh” lalu aku memeluk Tante Mulat sambil meremas-remas payudaranya. Sementara itu, Tante Mulat memelukku kuat-kuat sambil menggoyang-goyangkan pantatnya.
“Aahh tante juga mau keluar lagi aahh.. Sshh..” lalu dengan sekuat tenaga kurojok liang kemaluannya sehingga kumpulan air maniku yang sudah tertahan menyembur dengan dahsyat. Seerr.. Seerr.. Croott.. Croott..
“Aahh enak sekali tante.. Aahh.. Ahh..” Selama dua menitan aku masih menggumuli tubuh Tante Mulat untuk menuntaskan semprotan maniku itu. Lalu Tante Mulat menbelai-belai rambutku.
“Ah kamu ternyata seorang jagoan, Dith..”
Setelah itu dia mencabut batang kemaluanku dari liang kemaluannya kemudian dimasukkan kembali ke dalam mulutnya untuk dijilati oleh lidahnya. Ah, ngilu rasanya batang kemaluanku dihisap olehnya. Dan kemudian kami berdua pun tidur saling berpelukan. Malam itu kami melakukannya sampai tiga kali.
Setelah kejadian itu kami sering melakukan hubungan seks yang kadang-kadang meniru gaya-gaya dari film porno. Hubungan kami pun berjalan selama dua tahun dan akhirnya diketahui oleh orang tuaku. Karena merasa malu, Tante Mulat pun pindah ke Bandung dan menjalankan usahanya di sana. Aku benar-benar sangat kehilangan Tante Mulat dan semenjak kepindahannya, Tante Mulat tidak pernah menghubungiku lagi. 

 
boking online cewek smu 17 tahun

ONE NIGHT


Hari sudah sore ketika aku tiba di terminal Lebak Bulus. Hari itu hari terakhirku menjadi bujangan. 4 hari lagi, aku akan menikahi Mei, kekasihku selama 6 tahun. Hari ini aku pulang ke Jogja, ke tempat kelahiranku untuk bertemu dengan keluarga.
Hidupku sungguh sempurna. Tepat setelah aku lulus dari kuliah, aku mendapatkan kerja yang cukup nyaman di sebuah perusahaan telekomunikasi cukup besar daerah Jakarta Selatan. Tinggal jalan kaki ke Pondok Indah Mall. Mei, calon istriku, kemudian menyusul ke Jakarta dan bekerja di sebuah bank di Bintaro. Perjalanan cinta kami bisa dibilang cukup mulus. Benar-benar sebuah hidup yang sempurna. Aku pun bukan orang yang aneh-aneh. Aku dibesarkan dalam keluarga yang cukup religius dan sangat teratur. Sepanjang sejarah kehidupanku, bisa dihitung berapa kali aku melanggar aturan atau norma. Kenakalanku paling besar hanyalah minum tomi (topi miring in case you’re wondering) dan sedikit magadon, waktu acara naik gunung di SMA. Tapi itu dulu.
Hampa kadang terasa. Hidup serasa jalan tol, tanpa rintangan, mulus tanpa gejolak, penuh aturan. Kadang aku ingin, sekali-kali memberontak, melanggar aturan. Sekali dalam seumur hidup.
Aku beranjak di tengah kerumunan calo-calo untuk mencari busku. Sumber Alam. Langgananku selama 2 tahun terakhir.
“Mbak, Sumber Alam yang Bisnis belum datang ya?” tanyaku kepada seorang petugas loket. Manis juga. Item manis sih tepatnya.
“Dereng mas, jogja ya? Mangke setengah jam malih …,” Lho, kok bahasa jawa?
“Nuwun nggih mbak.”
Aku duduk menunggu. Asap bus benar-benar menyesakkan. Aku merasakan diriku sesak napas. dari dulu memang aku tidak pernah suka keramaian dan kesesakan Jakarta. Tapi kepepet sih, harus cari upa (“cari nasi”) di Jakarta.
Tak lama kemudian bis itu datang juga. AB 7766 BK. Aku bergegas naik. 14A. dua tempat duduk. Aku sengaja mencari tempat duduk persis di bawah AC. Biar bisa tidur lelap. Aku segera menutup mata. Mengurangi kebisingan akibat lalu lalang orang mencari tempat duduk.
“Mas, mas, maaf …,” ada suara merdu rupanya. Aku membuka mataku.
“Maaf, apa boleh tukeran sama suami saya? Suami saya dapat tiket tempat duduk di seberang. Soalnya beli tiketnya baru aja tadi.”
Aku melihat ibu yang menyapa tadi. Kemudian melihat suaminya yang tersenyum mengangguk kepadaku di seberang kursi kami, menggendong anak yang kira-kira berusia 5 tahun.
“Aduh, bu, maaf, bukannya saya tidak mau, cuman memang saya sengaja memilih tempat di bawah AC ini bu. Maaf ya,” jawabku agak keberatan. Bukannya apa-apa, tapi aku paling tidak suka diganggu dengan masalah orang yang telat membeli tiket seperti pasangan ini.
Ibu itu cemberut. “Ya sudahlah pa, kita ngalah aja. Aku duduk di sampingnya mas ini aja.”
Whatever. aku kembali menutup mataku.

Perjalanan ini sesungguhnya bakal menyenangkan, kalau tidak harus mendengar rengekan anak 5 tahun yang sepertinya tidak pernah diam itu. Belum lagi suara ibu-ibu di sebelahku ini, yang ya ampun, cerewetnya. Aku jengkel banget.
Hujan mulai turun. Airnya menetes membentuk alur di kaca jendelaku. Masih terjebak di Cawang. Sial.
Untung Cikampek tidak macet. Kendaraan mulai menderu, bertambah cepat. Kulihat tebaran warna hijau ditimpali air hujan yang begitu deras di sebelah kiri jalan tol. Suara air hujan menderu keras sekali di atas atap. Orang-orang sudah mulai menampakkan kantuk, dan sepertinya suasana menjadi begitu sepi. Uh, begitu romantis. Kalau saja Mei di sampingku, pasti kepalanya sudah bersandar di bahuku, dan tangannya memeluk lenganku. Kalau saja ….
Aku memandang ke samping. Ibu itu kini sedang sibuk memberikan makan kepada anaknya. Si bapak sedang sibuk dengan PDAnya. Tipikal keluarga Jakarta, berumur di akhir 30an dan baru saja mempunyai anak. Tampaknya keluarga berada. Tapi ngapain naik bis ya? Ah, peduli amat.
Aku kembali menutup mataku. Hari berangsur gelap.
“Pengumuman, bapak ibu. Mohon maaf bahwa ada kerusakan teknis yang menyebabkan lampu tidur tidak dapat menyala,” kata kenek bus itu mengagetkan aku.
“huuuuu,” para penumpang menyahut serentak. Sip. aku paling tidak suka lampu tidur yang remang remang. Aku paling suka gelap. Tidurku pasti nyenyak malam ini. Perjalanan yang panjang menuju Yogyakarta.
Aku melirik jamku. Jam 9 malam. Semua orang tampaknya sudah terlelap. Tidak terkecuali ibu dan anak di sampingku. Bus tadi baru saja berhenti di tempat makan. Orang-orang makan malam dan ke belakang. Pasti mereka kekenyangan, dan acara yang paling menyenangkan setelah makan adalah tidur. Hujan masih turun, rintik-rintik. Aku melanjutkan tidurku.
Tidak berapa lama aku terlelap, aku merasakan kaki anak di sebelahku menyentuh kakiku. Sialan. Itu berarti sepatu anak itu kena celanaku. Aku menggeser-geserkan kakiku agar kaki anak itu tidak menekan celanaku. Tentu saja dengan mata terpejam. Tidak disangka, kaki itu balas menggesek. Eee, kurang ajar. Aku segera membuka mataku untuk menegur orang tuanya. Aku terkejut.
Ternyata itu bukan kaki anak kecil. Itu kaki orang dewasa. Kaki ibu itu. Si anak ternyata sudah tidak ada di pangkuan dia. Kemungkinan ada di pangkuan si bapak. Aku segera menutup mataku, pura-pura tidur. Perasaanku mengatakan ada sesuatu yang lain yang akan terjadi. Aku kembali menggesekkan kakiku, menunggu responsnya. Dan ibu itu balas menggesek. Aku sedikit membuka mataku. Kilatan cahaya dari luar bus memberikan sedikit penglihatan mengenai ibu di sampingku. Matanya juga terpejam ternyata.
Tiba-tiba ibu itu menggeser sedikit tubuhnya. Ya, kearahku. Kami berdua menjadi duduk berdempetan. Sisi samping kananku menempel pada bagian kiri tubuhnya. Harum rambut dan parfumnya mulai merasuki hidungku. Aku mulai terangsang.
Aku mencoba untuk lebih berani. Tubuhku aku condongkan sedikit ke depan, dan kemudian aku bergeser ke arahnya. Sehingga posisi saat itu, lenganku tepat di depan dadanya. Tubuh itu diam saja. Lenganku kemudian ku tekan sedikit ke belakang, sehingga aku bisa merasakan sesuatu yang begitu empuk. 

Ya, payudaranya. Payudaranya besar. Aku bisa merasakan volumenya ketika lenganku menggeseknya. 
Dan sangat empuk. Sikuku kemudian membuat gerakan melingkar di dadanya. 
Pelan sekali, sikuku bergerak. Aku tidak mau membuat ia berpikir macam-macam dan kemudian menamparku.
Tubuh itu diam saja. Kulirik matanya. masih terpejam. Tapi aku mendengar dia menghela napas. Jadi ia terangsang. Aku? sangat terangsang. Aku merasakan dadaku berdentum-dentum. Kepalaku berputar-putar karena aliran darah yang sangat cepat ke otakku. Aku bisa mendengar degup jantungku di telingaku sendiri. Aku akan melakukan dosa. 4 hari sebelum pernikahanku. Sepanjang sejarah hidupku. Tapi perasaan itu, nafsu itu, benar-benar membuat aku tidak tahan …..lenganku terdiam sebentar dari kegiatan menggesek dadanya. Yang lebih mengejutkan lagi, tangan ibu itu mulai mengelus pahaku. ya, pahaku yang dibalut celana panjang kain warna coklat. Tangannya sangat perlahan mengelus kakiku dari mulai pangkal paha sampai atas lutut. Aku gemetar. Sangat gemetar. Aku tidak tahan ……

Sekarang posisiku berubah. Aku membuka tas dan mengambil sweater. Aku sudah memakai jaket tentu saja, karena aku tidur di bawah AC. tapi sweater tadi untuk maksud lain. Sweater tadi kemudian aku tutupkan di atas dadaku, dan kemudian tanganku kulipat. Apabila dililhat dari jauh, seperti orang yang tangannya kedinginan karena AC. Tapi bukan itu alasannya. Aku beringsut lagi mendekati tubuhnya. Tangan ibu itu masih mengelus pahaku. Kami berpandangan sebentar. Lucunya, setelah itu kami berdua kembali bersender pada tempat duduk kami dengan mata terpejam. Tanganku mulai beraksi. Tangan kiriku yang tadi dilipat mulai bergerak ke arah dadanya. Sangat pelan. Tangan itu mulai menyusuri bukit indah yang tertutup kain, mulai dari tepi. Aku sangat menghayati momen itu. Pelan-pelan kuelus bukit indah itu, dari tepi ke kanan. Sedikit ku remas, tapi tidak banyak. Aku tidak mau menyakiti bukit indah itu. Sungguh, ibu itu mempunyai dada yang sempurna. Besar, dan sangat kenyal. Aku merasakan bahwa dia memakai BH yang berenda. Aku membayangkan bentuknya. Mungkin warnanya hitam. Atau merah. Dan rendanya sedikit tembus pandang. Mungkin cupnya cuma setengah. Mungkin cupnya tidak bisa menahan volume payudara sebesar itu. Oooh, aku semakin terangsang.
Ibu itu mengenakan baju jeans terusan dengan bawahan rok dengan kancing dari dada sampai di lutut. Kain jeansnya untungnya kain yang lemas, sehingga aku bisa merasakan tekstur renda BHnya. Sangat merangsang. Aku melirik sedikit ke arah dia. Dia masih terus mengelus pahaku. Aku tidak sabar. Tangan kananku yang nganggur kemudian memimpin tangannya ke penisku yang sudah tegang. Aha, dia mengerti. Kemudian dia berlanjut mengelus kontur penisku dengan jari telunjuk dan jempolnya yang tercetak jelas di dalam celanaku. OOoh, mantab.

“Besar …..,” desisnya. Matanya tetap terpejam. Mataku juga.
Aku melanjutkan kenakalanku. Kali ini, dua kancing tepat di depan dada besar itu aku buka. Dengan susah payah. Pernah membayangkan membuka kancing-kancing besar pada kain jeans? Yup, susah sekali. Akhirnya dia turun tangan. Tangannya kanannya membantuku membukanya.
Tanganku kemudian masuk pelahan ke dalam bajunya, untuk merasakan keindahan payudara di baliknya. Bayanganku memang menjadi kenyataan. BH setengah cukup yang terlalu kecil, dengan renda yang sangat merangsang. Aku suka sekali renda, terutama apabila renda itu ada di tempat yang tepat. BH dan celana dalam. Aku kembali mengelus dadanya. SEkarang aku sedikit meremasnya. Sensasinya benar-benar luar biasa. Dia mendesis. Kepalaku berdentum-dentum. Jantungku berdebar sangat keras.
“Buka,” bisikku lirih. Mungkin tidak terdengar. Tapi aku tidak mau mengambil resiko terdengar. Apalagi oleh suaminya yang hanya duduk 50 cm di seberangnya. Ternyata dia mendengar. Dia berhenti mengelus penisku, membungkukkan sedikit badannya, dan kemudian berusaha melepas kait BHnya di belakang. Agak lama dia membukanya. Selagi dia membuka BHnya, pelahan aku menarik ritsleting celanaku ke bawah. Pelaaan sekali. Setelah itu, aku memelorotkan celana dalamku. Tidak melorot sih sebenarnya. Cuman mengaitkan kolornya ke bagian bawah penisku. Tidak nyaman memang. Tapi sekarang penisku bisa bebas mengacung menunjuk langit. Menanti elusannya.

Sepertinya kait BHnya sudah lepas. Tangan dia sepertinya cerdas, kembali mencari sasarannya yang tadi lepas. Dan dia tidak kaget, kali ini penisku sudah tegak menjulang, keluar dari celana. Kemudian dia seperti terkejut dan kemudian menarik tangannya dan kemudian melipatnya di depan dada. Pura-pura tidur, sambil menutupi dua kancing dadanya yang sudah terbuka lebar.
Sial. ada orang mau ke toilet. dia berjalan melangkah dari depan. Untung aku ada sweater yang bisa menutupi si “burung” nakal. Aah, seorang wanita. Bakalan lama nih. Jantungku berdegup keras.
Lama sekali orang itu di toilet. Aku mulai tidak sabar. Penisku sudah mulai menyusut. ya iyalah, baru juga pemanasan. Kepotong deh. ….
Akhirnya wanita itu lewat juga di di samping kami. Uuuh, lega. Tangan ibu itu mulai duluan, menyusup di bawah sweater, mencari “adikku” yang mulai tegang lagi. hmmm. Tangannya sungguh mulus, dan sentuhannya, benar-benar nikmat. Dia tahu betul cara merangsang penis dengan sentuhan. Sentuhan itu ringan, seperti melayang. Dia tidak meremas, atau menggosok terlalu keras. semuanya serba ringan dan melayang. Dan itu membuatku melayang.
Tanganku juga tidak mau kalah, seperti mempunyai mata sendiri yang bergerak mencari sasarannya. Si bukit kembar yang kenyal. Dan tangan itu menemukan sasarannya. Dada itu benar-benar lembut. Mulus tak bercela. Aku meresapi setiap jengkal usapan tanganku di dadanya. Meremas pangkal dadanya. Memilin putingnya. Putingnya. Putingnya runcing, ukurannya luar biasa, sepanjang buku jari telunjukku. Dan keras. Sangat keras. Sperti penis kecil. Aku memilinnya. lagi. Dan dia mendesis.
“jangan keras-keras,” bisiknya sangat lirih. AKu mengerti. Aku meremas, memilin, mengelus tanpa henti. Benar-benar nikmat.
Tapi tetap ada yang kurang. Kami berdua tidak terpuaskan. Penisku tetap tegang luar biasa. Dan rasanya mulai sakit sekarang. berdenyut-denyut ga karuan. Tangannya masih tetap mengelus penisku, tapi sungguh, tangan itu tidak mampu membuat aku nikmat terus-menerus. Dia mengerti hal itu.
“Ke bawah ….,” bisiknya sambil mengarahkan tanganku yang tadi ada di dadanya ke arah bawah. Aku langsung tanggap. Tanganku berubah posisi, mengelus pahanya yang tertutup kain jeans. Tidak berasa memang. Tapi dari gerakan tubuhnya aku tahu, dia sangat terangsang. Dia berulangkali menggerakkan tubuhnya, seolah menikmati betul elusan tanganku di pahanya. Pelan-pelan aku naik sedikit ke atas, tepat di gundukan di bawah pusar itu. Dia menahan tanganku.
“Jangan … “
Aku nekat.
“Jangan …” Ok. Aku turuti. Aku kembali mengelus pahanya. Kali ini tanganku lebih berani. Kupegang ujung roknya dan kunaikkan sedikit ke atas. Dia tidak menolak. Aku kembali mengelus pahanya. Hhhm, sungguh mulus. Benar-benar mulus. Aku merasakan bulu-bulu halus di telapak tanganku. Dia terengah-engah. Tangannya sejak dari tadi berhenti mengelus penisku. Tak apa. lebih baik begitu daripada menyiksa “adikku” yang sudah tegang luar biasa.
Aku tiba-tiba menghentikan elusanku dan menarik tanganku. Kemudian memandang ke arah dia. Matanya bertanya. Menanyakan mengapa aku menghentikan itu.
“Aku mau itu,” bisikku mendekat di telinganya, sambil menunjuk ke arah gundukan tempat vaginanya berada.
Dia menggeleng. Aku kemudian berpura-pura tidur. Memejamkan mata.
Lama sekali. Mungkin 5 menit, mungkin kurang dari itu. Tangannya menarik tanganku dan mengarahkannya ke tempat yang aku inginkan. Hehehehe, aku menang. Dia tidak tahan. Tanganku sudah berada tepat di atas gundukan itu. Dia membuka kancing bajunya tepat di area itu. Tanganku bergerak mencari celana dalamnya. Dapat.
Jelas, ini sutra. Atau Satin? aku tidak peduli. bahan kain celana dalamnya halus sekali. aku merabanya. memastikan. Terus ke bawah, dan kutemukan apa yang kucari. Sesuatu itu sudah basah. Pasti basah, karena aku merasakannya dengan tanganku. Tanganku berhenti di situ. Merasakan bentuknya. Sedikit bergelombang. Aku merasakan lipatan vertikal. Bulu-bulu halus di sekitarnya. Cukup tebal. dan sangat basah. Aku tersenyum kembali. Penuh kemenangan. Jari tengahku kemudian mengelus lipatan basah itu. Pelan, tapi sedikit menekan. Dia mendesis. Oh tidak. Dia melenguh. Tetap memejamkan matanya.

Aku makin berani. Celana itu aku pegang elastisnya. dan aku turunkan ke bawah. Dia memegang tanganku. Aku tetap berkeras. Dia menyerah.
Kembali jari tengahku mencari tempat tadi. Jari itu mencari sumber kenikmatan seorang wanita. Sebuah penis kecil yang sudah amat basah. Aku menggoyangnya pelan dengan jariku. Kemudian mengelusnya. Kemudian menekannya. Tubuhnya menegang.
Aku kembali mengelusnya. Pelan dan sedikit menekan. Pelan dan sedikit menekan. Tempat itu terasa lebih basah daripada sebelumnya. Jariku masuk lebih ke dalam. Merasakan lipatan lain di dalam yang sangat basah. Benar-benar basah. Rongga itu seperti tidak berujung. Kemudian jariku kugerakkan. ke dalam dan ke luar. Berulangkali.
Aha, aku merasakan jariku seperti tersedot ke dalam. Ada sesuatu yang mencengkeram. Dan rasa itu kembali membuatku terangsang. Aku terus menggerakkan jariku. Semakin cepat. Tiba-tiba jariku seperti ditumpahi cairan hangat. kental. Dia terengah-engah. Tubuhnya menegang. Kali ini cukup lama. Aku terus menggerakkan jariku. Dia kemudian menahan tanganku. Aku menurut. Aku memandangnya.
Matanya terpejam. Seperti menghayati sesuatu. Mungkin orgasme. Dadanya naik turun, terengah-engah seperti habis lari kencang. Kancing masih terbuka.
“Apa kau ..?”
“Ya … . Luar biasa …,” bisiknya, memandang kepadaku. Oooh, senyumnya manis sekali. Matanya yang bulat besar memantulkan kilatan cahaya neon di luar bus.
Dia memandang ke bawah tubuhku.
“Kasihan ya,…” senyumnya menunjuk ke “adikku”. Ya iyalah. “adikku” tidur nyenyak sementara dia sendiri terpuaskan. Paling tidak dengan jariku.
“ga papa …”
Kami berdua terdiam. Menghayati momen-momen gila tadi. Kedua mata terpejam. Hawa dingin AC menyergap. Aku melirik jamku. 2 dinihari. Dan kemudian bus berhenti. cukup lama. Orang-orang sepertinya tidak peduli. tetap mereka tertidur nyenyak, padahal AC mati.
Aku memandang “partner”ku. Matanya terpejam. Bajunya sudah dikancingkan. Lengkap. Aku pun bergerak membetulkan celanaku.
“Jangan ….,” katanya sambil menahan tanganku yang hendak menarik ritsleting. Oh, dia ternyata melirikku. Ok. Aku menurut. Aku ingin tahu apa yang ingin dia lakukan. Aku hanya menutupnya kembali dengan sweater. Temperatur udara dalam bis mulai panas. Keringatku mulai menetes dari kening.
Akhirnya bus berjalan. AC mulai berhembus lagi. Sejuk. Aku memejamkan mata lagi.
“Buka matamu, awasin ….”
Aku tidak mengerti. aku membuka mataku. Tiba-tiba dia membungkuk.
Gilaaaa. Aku merasakan bibir mungilnya menyentuh kepala “adikku”. Ringan sekali. Aku mengerti maksudnya. Mengawasi sekeliling supaya tidak ada seseorang pun memergoki aksi gila ini. Penisku mulai hidup lagi. Gila mungkin, tapi aduuuh, memang nikmat. Kurasakan bibirnya mulai menciumi kepala penisku. Ohh, bibirnya mulai membuka dan memasukkan kepala penisku ke mulutnya. Penisku mulai masuk ke dalam mulutnya. Dan pelan-pelan mulut itu mulai menghisap. Adduh, sakit.

“Jangan keras-keras …,” aku berbisik sambil membelai rambutnya. Membelai rambutnya? iya, seperti layaknya pacar saja. Dia kembali melanjutkan kulumannya. Kali ini pelan-pelan. Naik turun. Naik turun. Nikmat tak terkira.
Tampaknya dia sudah sering melakukan ini. Mulutnya bagaikan sebuah mesin handal perangsang penis. Setelah selesai menghisap, dia berhenti sebentar, dan kemudian menjilat bagian bawah kepala penisku. Tidak cuma menjilat, lidahnya juga bergetar ketika bergerak menyusuri daging itu.
“Ooohhh ..,” kali ini aku terpaksa harus melenguh. Ini nikmat sekali. Dia tahu sekali kelemahan “adikku”. Bagian itu kemudian digigitnya dengan bibirnya. Siall, makin nikmat. Lagi-lagi digigitnya dengan bibirnya. Kalau begini terus, aku pasti tak tahan. Gelliiii.
Kemudian mulutnya kembali mengulum. Naik turun. Yang aku heran, penisku bisa masuk semua ke mulutnya. Wooa, sensasinya benar-benar luar biasa. Telaten sekali dia. Mulutnya kemudian berpindah ke …. bolaku. Menciumnya sebentar, kiri dan kanan, dan kemudian memasukkannya ke dalam mulutnya. Ohhhh….. . Ketika mengulum bolaku, kurasakan lidahnya menari-nari di dalam mulutnya.
Aku yang ga telaten. Kurasakan nikmatku semakin memuncak. Tidak tahan lagiiiiiiiii …..
“Aku mau ….”
Mulutnya berpindah ke kepala penisku. Mengulumnya lagi. naik turun. Tangannya mengocok pangkal penisku. Pelan tapi erat.
“Aaaahhhhh …”
Ujung penisku berkedut. Sekali. Kurasakan aliran sperma ke mulutnya. Dua kali. Tiga kali. Empat kali. Selama itu pula mulutnya tetap mencengkeram kepala penisku. Aku ejakulasi. Di dalam mulut seorang ibu. Orang asing. Aku bahkan tidak tahu namanya.
Dia memandangku. Tatapan itu ….
“Makasih ….,” hanya itu yang terlontar dari mulutku. Dia bangkit, kemudian tersenyum kepadaku. Sekilas kulihat bekas sperma di pinggir bibirnya. Aku mengangkat tanganku, membersihkannya.
Kami berdua terpejam.
Pagi menjelang. Orang-orang sudah sibuk ngobrol. Isi bus kembali ramai. Aku? masih terlelap. Atau pura-pura? Setelah kejadian malam tadi, aku sama sekali tidak berani untuk menatap ibu di sampingku. Bahkan mengajak bicara pun tidak berani. Kurasa dia juga begitu. Kudengar dia sibuk dengan anaknya, sambil bicara dengan suaminya seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa antara aku dan dia. Sepanjang jalan ku membuang muka, menatap pemandangan di luar jendela bus.
Pesta bujanganku kurasa.
Pukul 6.30. Orang-orang sudah mulai turun bus. Sudah sampai Sedayu. Berarti sebentar lagi masuk kota. Keluarga di sampingku bangkit. Oh, mereka mau turun.
“Mas, duluan, mas …,” kata suaminya ramah, ditimpali ibu itu. Aku terpaksa menoleh ke arah mereka. Baru kusadari sekarang. Ibu itu sangat manis. Aku merasa berterimakasih padanya.
“Oiya, monggo monggo,” sahutku.
Mereka turun dari bus. Bus semakin sepi mendekati terminal Giwangan. Ada secarik kertas kecil di bekas tempat duduk ibu tadi. Aku memungutnya. Penasaran.

 
boking online cewek smu 17 tahun

Pak Yanto sang bos



“Ohhhhhh…ohhhh….ohhhh…enak sekali paaa…ohhh…ohhh…” Erangku karena merasa nikmat. Saat itu aku dalam posisi berdiri membungkuk sambil berpegangan pada meja kerja pak Yanto di ruangannya. Pakaian atasku masih lengkap terpakai, sedangkan celana panjang dan celana dalamku sudah melorot sampai ke mata kaki. Pak Yanto sendiri sedang menyetubuhiku dari arah belakang dengan hanya mengeluarkan penisnya melalui resleting celananya saja.
CREK…CREK…CREK …CREK…CREK … terdengar bunyi suara becek dari kemaluanku yang sudah sangat basah
“Uuuuhhh…uhhh….Ake sudah mau dapet paaaa…ohhhhhh” Aku mulai merintih nikmat saat orgasmeku terasa akan datang.
Pak Yanto mempercepat gerakan pinggulnya supaya beliau juga bisa mendapat ejakulasi bersamaan dengan orgasmeku.
“A…A…HHHH…HH..” Aku mendengan beliau berteriak tertahan dengan tubuh bergetar, penisnya ditancapkannya dalam-dalam pada liang senggamaku.
“Ake…ss..saya…keluar …” bisiknya tertahan
“AHHHHMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMPPPHHHHHHHHHH…” Aku sendiri sedang sibuk menahan jeritan nikmatku sampai mukaku berubah menjadi merah padam.

SROOOTT …SROT … SROT …srot …srot … semprotan air mani pak Yanto yang hangat terasa memancar ke dalam rahimku yang saat itu sudah berisi janin berumur tiga bulan yang juga berasal dari benih beliau.
Setelah menenangkan diri sampai nafas kami tidak memburu lagi, pak Yanto kemudian mengambil tissue untuk membersihkan kemaluanku dan kemaluannya untuk kemudian membantuku memakai celanaku lagi. Tanpa berciuman dulu karena akan membuat lipstikku berantakan, aku melangkah ke luar dari ruangan beliau karena di luar sana sudah menunggu manajer penjualan yang akan menghadap beliau.
Aku memang sering diminta melayani Quickly Sex di ruang kerja beliau terutama di pagi hari, kami hanya membutuhkan 5 – 15 menit saja untuk mencapai orgasme dan ejakulasi. Salah satu hal yang mengurangi kenyamananku adalah aku harus menahan suara erangan nikmatku agar tidak kedengaran sampai keluar ruang kerja beliau. Aku bukanlah satu-satunya karyawan wanita yang beliau tiduri, tapi hanya aku yang beliau minta untuk melayani Quickly Sex di kantor.

Namaku Ake, umurku saat kejadian ini adalah 34 tahun, statusku sudah menikah dengan satu orang anak. Aku bekerja di sebuah perusahaan IT dan Telekomunikasi di Bandung sebagai staf purchasing merangkap sekretaris untuk pak Yanto. Sebelumnya aku adalah staf administrasi biasa, tapi atas permintaan pak Yanto aku kemudian dipromosikan menjadi staf purchasing sekaligus melakukan fungsi-fungsi kesekretariatan terbatas.
Pak Yanto merupakan direktur pengelola perusahaan yang juga merupakan pemilik perusahaan. Beliau merupakan orang yang sangat simpatik, penyabar dan telaten dalam mengajari anak buahnya agar bisa membantunya. Pada waktu pertama kali aku ditempatkan di bawah beliau untuk menggantikan sekretarisnya yang mengundurkan diri karena menikah, aku merasa sangat takut sehingga sering sekali berbuat salah. Tetapi beliau tetap mempercayaiku malah pada tahun awal tahun ini beliau mempromosikan aku sehingga gajiku naik hampir dua kali lipat.
Walaupun aku sekarang sudah lebih kenal dengan pak Yanto, tapi tetap saja aku sering merasa tidak terlalu nyaman kalau harus menghadap beliau. Salah satu yang membuatku kurang nyaman adalah tatapan mata beliau yang sangat tajam dan kadang-kadang aku merasa seperti sedang ditelanjangi. Ada satu perubahan yang aku alami sejak mendapat promosi yaitu aku berusaha tampil lebih menarik setiap hari untuk pak Yanto, aku tak tahu apa alasan pastinya dari keputusanku ini.
Pada suatu hari pak Yanto menugaskanku untuk mengikuti seminar dan workshop yang diadakan di sebuah hotel di daerah Jatinangor, tentu saja materinya sangat sesuai dengan pekerjaan dan bidang usaha perusahaan kami. Selain seminar dan workshop yang aku ikuti, di hotel yang sama ternyata ada acara lainnya diselenggarakan oleh salah satu pelanggan terbesar kami. Pak Yanto memutuskan untuk ikut acara ini untuk sekalian bertemu dengan para pengambil keputusan dari perusahaan pelanggan kami tersebut.
Oleh karena lokasi penyelenggaraan yang sama, otomatis kami mejadi sering bertemu terutama pada saat makan siang atau coffee break. Tentu saja sebagai staf biasa aku hanya berani menyapa beliau saja, tidak lebih dari itu. Tapi ternyata pak Yanto malah yang mulai mengajakku mengobrol, awalnya obrolan biasa seputar pekerjaan di kantor dan materi seminar, tapi akhirnya topiknya meluas ke hal-hal yang lebih bersifat pribadi.
Hari ini seminar dan workshop memasuki hari terakhir tetapi materinya sudah tidak ada yang baru sama sekali karena acaranya berupa presentasi dari perusahaan-perusahaan yang menjadi sponsor penyelenggaraan seminar ini. Pada saat coffee break pagi pak Yanto mengajakku untuk jalan-jalan saja meninggalkan acara seminar lebih awal karena beliaupun sudah tidak ada acara lagi.
“Tapi suami Ake nanti sore akan jemput pa, rencananya kami akan sama-sama dari sini menengok saudara di Sumedang” Kataku yang kebingungan dengan ajakannya antara tidak berani menolak dengan takut dicurigai suamiku yang lumayan cemburuan kalau nanti tidak jadi ikut ke Sumedang.
“Habis jalan-jalan saya bisa anterin Ake balik lagi ke sini, jadi tetap bisa ikut ke Sumedang dengan suami kamu” Beliau coba menjelaskan
“Memangnya kita mau ke mana pa ?” Aku kembali bertanya
“Saya ingin ngajak Ake ke Cipanas Garut untuk berendam di sana, sambil refresing sebentar biar besok segar lagi waktu mulai ngantor”
“Hmmmm…asyik juga, tapi Ake ga bawa baju renang” Aku jadi tertarik dengan tawaran beliau.
“Saya juga tidak bawa celana renang kok … kita berendam air panasnya tidak di kolam renang, tapi di kolam rendam yang kita sewa sendiri sehingga kita bisa bebas berendam pake baju dalam atau telanjang sekalian” Katanya sambil tertawa
“Boleh juga tuh … Ake mau deh ikut, tapi bapa nanti bener-bener balikin Ake ke sini lagi ya ?” Aku akhirnya setuju dengan ajakan beliau dan tidak terlalu memikirkan pakai apa nanti berendamnya.
Aku mau mengikuti ajakan beliau karena kesempatan ini jarang sekali bisa didapat oleh staff biasa seperti aku, sebagai boss dan pemilik perusahaan beliau lebih banyak berinteraksi dengan level manajer atau sedikitnya supervisor. Hanya saja posisiku sebagai staff purchasing sehari-hari sering ditempatkan juga sebagai sekretarisnya untuk beberapa urusan administrasi. Aku berharap dengan banyak kesempatan berbicara dengan bossku ini, aku bisa lebih mengenal keinginan beliau yang mudah-mudahan bisa memperlancar pekerjaan dan karirku di perusahaan.
Walaupun begitu aku juga punya sedikit rasa khawatir, apakah bossku ini punya agenda lain dengan mengajakku jalan-jalan ke tempat wisata dengan hanya berdua saja. Kemungkinannya bisa saja memang karena hanya ingin bersenang-senang dengan mengajak aku, tapi bukan tidak mungkin juga aku akan diajak menemaninya tidur. Kemungkinan kedua lebih mungkin terjadi karena pak Yanto mengajakku untuk menyewa kamar kolam sendiri yang katanya berendam sambil telanjangpun bisa. Apakah itu bukan berarti beliau secara halus mengajak aku “ngamar” ?
Sekejap ada perasaan bangga seandainya beliau memang ingin mengajakku “ngamar” berarti aku yang staf biasa ini cukup menarik bagi beliau apalagi aku sudah tidak muda lagi dan bukan gadis perawan. Kalaupun benar aku akan diajaknya berhubungan badan saat di Garut nanti, apa yang harus kulakukan ? Kalau aku menolaknya pasti akan membuat beliau marah besar, sedangkan kalau menurutinya ajakannya apakah aku sanggup memenuhinya harapannya ? Apakah beliau juga akan tetap marah karena tidak puas dengan pelayananku walaupun sudah aku turuti keinginannya untuk bersetubuh ? Apakah setelah melihat bentuk tubuhku dalam keadaan telanjang bulat, apakah beliau masih “berselera” terhadapku ?
Begitu banyak pertanyaan yang tidak bisa aku jawab sehingga akhirnya kuputuskan akan pasrah saja kalau ternyata pak Yanto mengajakku berhubungan badan karena sekarang sudah terlanjur pergi bersamanya. Anehnya saat itu aku sama sekali tidak mempertimbangkan statusku sebagai seorang istri atau bossku yang juga sudah berkeluarga. Aku hanya masih menyimpan harapan semoga pak Yanto tidak mengajakku bersetubuh dan benar- benar hanya ingin ditemani berjalan-jalan dan berendam di air panas.
Akhirnya kami sampai di Garut, kami tidak langsung pergi ke areal pemandian air panas, tetapi mampir dulu ke sebuah rumah makan untuk makan siang walaupun saat itu masih kepagian. Di sana kami memilih tempat makan lesehan di atas kolam yang lumayan romantis untuk orang yang datangnya berpasangan. Sebagai bawahannya akupun melayani beliau untuk lebih nyaman menyantap pesanan kami.
Banyak hal yang kami obrolkan, terutama keingin tahuan beliau mengenai keluargaku dan juga pengalamanku sebelum bekerja di tempat yang sekarang. Aku tidak banyak berani bertanya banyak kalau mengenai latar belakang beliau kecuali beliau memang sedang menceritakannnya. Obrolan ini terus berlanjut walaupun makanan telah habis, sehingga aku mulai merasa lebih akrab dengan beliau. Setelah sholat dhuhur besama, kami kembali melanjutkan perjalanan menuju areal pemandian air panas di Cipanas Garut.
Hatiku berdebar dengan kencang ketika pak Yanto membelokkan mobilnya memasuki halaman salah satu motel di sana yang mempunyai halaman cukup luas. Dari jendela mobil beliau kemudian melakukan booking kamar pada beberapa room boy yang sepertinya memang menunggu tamu di gerbang pintu motel. Aku mulai merasa gelisah karena dari pendengaranku, beliau hanya memesan satu kamar saja yang artinya apakah aku akan satu kamar dengan dia berendamnya ?
Room boy yang diajak bicara oleh pak Yanto masuk ke dalam front office untuk mengambil kunci kamar yang dipesan, kemudian memberikan isyarat agar kami mengikutinya. Pak Yanto memesan kamar yang paling besar di sana, jadi aku mulai berharap mungkin di dalamnya ada lebih dari satu kamar rendam yang terpisah. Setelah memarkirkan mobilnya di car port depan kamar, pak Yanto mengajakku turun dan masuk ke dalam kamar sambil membereskan pembayaran kamarnya.
Ya ampun …. Kamar itu memang besar dan luas tetapi tetap saja hanya mempunyai satu kamar rendam dan juga ada tempat tidurnya. Aku mulai gemetar karena kekhawatiranku mulai mendekati kenyataan yaitu aku hanya berdua dengan pak Yanto di sebuah kamar motel yang jauh dari rumah.
“Mau langsung berendam atau istirahat dulu ?” Tiba-tiba bossku bertanya
“I…i..istirahat aja dulu, Ake mau istirahat dulu” Jawabku agak tersendat, aku pikir dengan meminta istirahat dulu aku bisa menunda untuk berendam air panas. Siapa tahu kalau pak Yanto mau berendam duluan sehingga kalaupun aku dipaksa berendam bisa setelah pak Yanto selesai. Lagi pula kamar ini mempunyai dua ranjang besar, sehingga aku bisa menghindar untuk tidak satu tempat tidur dengan beliau.
“Kalau begitu kita istirahat barengan aja dulu, baru nanti berendam bareng juga” Kata pak Yanto sambil mulai melepas sepatu lalu membuka bajunya satu persatu sampai bertelanjang bulat di depanku begitu saja.
“Lho … kamu juga buka baju dong, biar nanti tinggal langsung berendam dan baju kita tidak kusut”
“Ake ti..ti..dak berani pak …” Jawabku sambil tertunduk dengan badan yang sudah menggigil.
Aku sekarang benar-benar yakin bahwa pak Yanto memang berniat meniduriku di sini, bukan hanya sekedar ingin mengajak berendam di air panas saja.
“Kalau begitu saya bantuin ya …” Kata bossku sambil mendekat dan mulai membuka kancing kemeja atasku satu persatu.
“Ja..ja..ngan pa…” aku merintih pelan karena mulai merasa tidak berdaya
“Jangan kenapa ?” Tanya bossku lagi, walaupun dengan suara biasa tapi terasa sangat mengintimidasi
“Ma…maksudnya …e..ehh … Biar Ake aja yang buka sendiri …” Akhirnya aku merasa harus menyerah dan pasrah pada situasi di mana pak Yanto kelihatannya sudah tidak ingin dibantah lagi.
Dengan tangan gemetar aku membuka bajuku satu persatu sampai akhirnya tinggal memakai BH dan celana dalam lalu berdiri mematung dengan kepala tertunduk di depan pak Yanto yang dari tadi melihatku membuka baju. Kemaluanku walaupun masih tertutup celana dalam kucoba ditutup dengan tangan kananku, sedangkan tangan kiriku aku silangkan untuk menutupi dadaku.
“Buka juga dong BH dan celana dalamnya”
“Ake malu sama bapa …”
“Malu kenapa ? Hanya ada kita berdua kok di dalam sini dan saya kan udah telanjang juga”
Akhirnya aku menuruti juga kemauan beliau dengan melepaskan “pertahanan terakhirku” yang membuat kami sama-sama telanjang bulat sekarang. Walaupun sepanjang jalan tadi aku sudah mempersiapkan diri untuk terjadinya peristiwa ini, tapi tetap saja aku sangat ketakutan saat mengalaminya langsung. Tanpa terasa air mata mulai menggenang di mataku, tapi aku tidak berani sama sekali bersuara takut akan membuat suasana makin runyam. Tanganku aku silangkan di depan tubuh dengan kedua telapak tangan menutup kemaluanku sedangkan lengan bagian atasku dipakai menutupi dadaku setidaknya putting susuku.

Pak Yanto sekarang berdiri tepat di depanku dengan tubuh tinggi besarnya hampir menempel padaku. Penisnya yang hitam kemerahan sudah berdiri tegak dan menempel diperutku. Kedua tangannya kemudian meraih tanganku dan melingkarkannya ke belakang tubuhnya sehingga aku jadi memeluk beliau di bagian pinggang.
Daguku lalu diangkatnya dengan tanggannya sampai wajah kami berdekatan lalu beliau mencium bibirku dengan lembut sambil diberi sedikit hisapan-hisapan dan kecupan. Aku belum bisa bereaksi sama sekali saat itu selain mencoba memejamkan mata dengan air mata yang terus berlinang. Dengan sabar pak Yanto menciumku berkali kali sampai akhirnya tanpa terasa aku mulai membuka bibirku yang tipis dan langsung dimanfaatkan oleh beliau untuk memasukkan lidahnya ke dalam rongga mulutku.

“Mmmmpphhhhh ….hhheehhhh….mmmmppphhhh …” Aku mulai berdesah sebagai reaksi atas ciuman pak Yanto yang semakin gencar dengan permainan lidahnya dan mulai mencairkan keteganganku.
Tangan kirinya digunakan untuk memeluk tubuhku sedangkan tangan kanannya memegang tengkukku. Tanpa kusadari tanganku yang melingkari pinggangnya mulai kugunakan untuk memeluk pak Yanto sehingga tubuh kami sekarang saling merapat, kulit bertemu kulit. Kurasakan kemaluanku bergesekan dengan pahanya yang berbulu sedangkan penis pak Yanto bergesekan dengan perut dan payudaraku. Gesekan demi gesekan mulai membangkitkan gairahku sekaligus juga keberanianku untuk mulai menyambut aksi beliau.
Kemaluanku terasa mulai lembab …………….
Pak Yanto kelihatannya juga merasakan kemaluanku yang mulai lembab dari gesekan dengan pahanya sehingga beliau mulai lebih intensif menggerak-gerakan pahanya pada kemaluanku. Aku meresponnya dengan merenggangkan pahaku sehingga seluruh kemaluanku sekarang bisa bergesekan dengan paha pak Yanto.
“Aahhhhhhhhhh …..geli paaa…” Desahku saat pak Yanto mengalihkan ciumannya ke telinga dan leher kiriku
“Ohhhhh….oohhhh …. Ohhhh ….ohhh….paaaa….ohhhh…” suara desahanku makin tidak terkendali saat pak Yanto mulai meremas-remas payudara kecilku dengan tangan kanannya.
Tiba-tiba pak Yanto berlutut di depanku dan bibirnya langsung memangut putting susuku untuk dihisap-hisapnya, sedangkan tangan kanannya sekarang mengelus-elus kemaluanku.
“Bapaaaa…oohhhhhh…..paaa….Ake akan diapain ….ohhhhh…..” aku terus mendesah hampir tidak berhenti.
“Ouchhhhhh…..hhhhh….shhhh…shhhh.shhhhhh” Hanya desisan yang bisa kukeluarkan saat pak Yanto memasukkan jarinya ke dalam liang senggamaku lalu mengocoknya dengan cepat.
Pelan-pelan kemaluanku mulai becek dikarenakan menerima rangsangan-rasangan yang pak Yanto berikan padaku. Rasa takutku sudah hilang sama sekali demikian juga kekhawatiran akan mengecewakan beliau karena ternyata aku terus “digarapnya” walaupun sampai saat ini aku masih bersikap pasif.
Setelah lubang senggamaku semakin becek dan merekah, pak Yanto lalu berdiri lagi dan dengan perlahan-lahan menekuk kakinya sehingga sekarang penisnya ada di depan vaginaku. Aku mengerti maksudnya yang akan menyetubuhiku dalam posisi berdiri, tapi aku belum pernah melakukannya selama aku menikah dengan suamiku. Jadi aku mencoba membantu beliau dengan merenggangkan kakiku sambil memajukan kemaluanku agar liang senggamanya lebih mengarah kedepan.
Ternyata upayaku yang hanya berdasakan naluri itu cukup berhasil, kurasakan kepala penis beliau sudah ada di depan liang senggamaku sambil berputar-putar mencari posisi yang tepat untuk masuk.
BLESSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS ….

Penis pak Yanto akhirnya masuk dengan mulus kedalam liang senggamaku.
“UUUUUUUHHHHHHHHHHHHHHHHHHH………..” Tanpa bisa ditahan lagi aku mengeluarkan suara lenguhan keras saking nikmatnya.
Setelah seluruh batang penisnya masuk, pak Yanto memelukku dengan kedua telapak tangannya pada buah pantatku. Kemudian dengan perlahan-lahan dia meluruskan kakinya sehingga secara otomatis aku terangkat ke atas oleh dorongan penisnya pada kemaluanku seperti sate dengan tusuknya.
“Ohhhhhhhh….Ake takut jatuh paa ….” Sambil melenguh nikmat aku juga merasa takut akan jatuh karena hanya tubuhku diangkat hanya oleh kekuatan otot penisnya saja.
“Belitkan kedua kaki kamu ke pinggang saya sebagai pengait supaya tidak mudah jatuh” Perintahnya

Aku segera mengaitkan kakiku melingkari pinggangnya dan tanganku memeluk lehernya, sedangkan kepalaku aku sandarkan pada bahu beliau. Setelah beliau yakin aku menempel dengan benar pada tubuhnya, dia lalu mulai menggerak-gerakkan pantatnya maju mundur.
“Ohhhhh….ohhhhh….ohhhhh…ohhhh….bapppaaa..aaahhhh…ohhhh….ohhhh….ohhh…paaa…enaaak”
Pak Yanto menyetubuhiku yang digendong dalam pangkuannya sambil berjalan keliling ruangan. Bersetubuh seperti ini benar-benar tidak pernah terpikir olehku dan tidak pernah terbayangkan akan aku alami karena suamiku hanya melakukan hal-hal yang biasa saja. Walaupun pergerakan penis pak Yanto sangat terbatas, tapi posisi penisnya yang tegak dan tertekan oleh berat tubuhku sendiri membuat terasa sangat nikmat seolah-olah menembus sampai jantungku.
“Ohhhh…ohhhhh….ohhh….ohhhh….ohhh..” aku terus mendesah mengikuti gerakan bossku
Tak berapa lama kemudian pak Yanto menyandarkanku ke dinding kamar dan mulai menggenjot penisnya dengan lebih cepat karena beban dari berat tubuhku sudah tertahan sebagian oleh dinding kamar.
“Addduddduuuuhhhhh…ohhhhh….ohhhhh…..ohhhh…ouchhhh…..aahhhh….ohhhh…” desahanku semakin menjadi-jadi.

“AAAAAAAAAAAARRRRRRRHHHHHHHHHHHHHH……………….” Akhirnya aku mengerang nikmat dengan keras saat orgasmeku datang.
Pak Yanto menurunkan intensitas genjotan penisnya untuk memberikan kesempatan padaku menikmati orgasmeku.
“Adduuuuuhhhh…. Enak sekali paaaa” Bisikku di telinga beliau
“Kita sekarang main di ranjang ya sayang … Saya belum keluar…bantu saya ya sayang” Balas pak Yanto dengan lembut.
Aku hanya bisa mengangguk pelan karena seluruh tenagaku seolah-olah telah tersedot habis oleh orgasme tadi. Pak Yanto kemudian menurunkanku sampai kakiku bisa menapak ke lantai sebelum kemudian melepaskan penisnya dari kemaluanku. Penisnya kelihatan sekali masih keras dan tegak walaupun sekarang warnanya lebih kemerahan dibandingkan sebelumnya. Kemudian aku dibopongnya ke ranjang.
“Uhhhhhhh….” Aku kembali mendesah saat beliau melepaskan penisnya dari kemaluanku.
Di tempat tidur aku hanya bisa tergolek lemas, tapi aku masih ingat permohonan beliau yang ingin dibantu untuk bisa berejakulasi olehku. Oleh karena itu kucoba mengangkangkan kakiku agar menjadi isyarat bahwa aku masih siap menyambut lagi beliau supaya mencapai ejakulasi. Aku gosok-gosokkan tanganku pada kemaluanku supaya tetap merekah dan basah. Pak Yanto lalu naik ke ranjang sambil mengocok-ngocok penisnya sampai ke dekat kemaluanku dan langsung memasukkannya lagi ke dalam liang senggamaku.
BLESSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS …………….
“AAAAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH……” Penis pak Yanto benar-benar bisa mendatangkan kenikmatan bagiku walaupun aku lihat tidak terlalu besar atau panjang ukurannya.

“Euuhhhhh….euhhhhh…euhhhh….euhhhh…euhhhh…” aku terus melenguh saat pak Yanto mulai memompakan penisnya dari atas tubuhku.
“Ooooohhhh…ohhhhh….bapppaaa….teruss…paaa…auhhhhh…aaaahhh” aku meracau
Pak Yanto memompa semakin kencang dan kemaluanku semakin basah bahkan mulai banjir mengalir keluar.
CROK…CROK ….CROK ….CROK ….CROK …. Kudengar suara penis pak Yanto yang menembus kemaluanku yang sudah sangat basah
“Ohhhhh…ohhhh….paaaaa….Ake mauuu dapet lagiiii….ooohhhh”
Aku beranikan untuk melingkarkan kakiku pada pantanya beliau untuk membantu tekanan saat memompa penisnya.
“AAAAAAARRRRRRRRRRRRRRKKKKKKKKKKKKKKKHHHHHHHHHHHH …..” Aku kembali mengerang saat orgasme keduaku datang
Aku coba menekan kakiku yang melilit pantat beliau supaya bisa menikmati orgasmeku tapi rupanya beliau juga sedang menunggu ejakulasinya yang sudah dekat.
“Akeeee….saya akan semprotkan di dalam….AHHH…AHHH…AHHH…ahhh….ahhhh….ahhh” Teriak beliau sedikit tertahan

SRRROOOOOT …..SROOOOOT ….SROOOOTTTT….srrrt ….srrrt….srrrt … kurasakan semprotan air mani bossku yang sedang menaburkan benihnya di rahimku.
“Ahhhhhhhhhhhhh…..” Pak Yanto mendesah lega setelah semua air maninya keluar
Kami lalu berciuman dan berpelukan dengan mesra seperti sepasang kekasih bukannya boss besar dengan karyawan level bawahnya.
“Kamu bisa menikmatinya sayang ?” Tanya pak Yanto dengan lembut membuka percakapan dengan tetap menindihku dan tanpa menarik penisnya dari kemaluanku.
“Bisa pa, enak sekali malah… asalnya Ake takut sekali…tapi kalau tau bakal enak kayak ini Ake udah mau dari dulu-dulunya” Cerocosku panjang lebar
“Emangnya kamu ga apa-apa saya setubuhi ?” Pak Yanto keheranan dengan jawabanku
“Bagi orang seperti Ake, bapa udah milih Ake untuk disetubuhi saja rasanya udah gimana gitu ….” Jelasku
“Sebenernya waktu bapa ngajak Ake ke Garut buat sewa kamar rendam, Ake udah merasa pasti ujung-ujungnya bakal diajak bersetubuh” Sambungku sambil tanganku membersihkan noda lipstikku yang menempel di pipi dan sekitar bibir beliau “Ake ngerti lah kalau orang yang udah gede mandi bareng bakal ngapain …”
“Jadi waktu Ake iyain, itu artinya sudah termasuk kesediaan Ake disetubuhin bapa” Kataku agak manja “Kalau Ake masih perawan mungkin bisa lain ceritanya atau mungkin juga tetep sama”.
“Malah yang Ake paling takutkan bukan disetubuhinya, tapi takut tidak bisa memuaskan bapa atau membuat bapa marah” Sambungku “Ake tidak tahu, orang-orang gede seperti bapa itu maunya apa kalau lagi bersetubuh”
“Kalau orang-orang kecil seperti suaminya Ake mah gampang sekali nebak maunya” AKu masih nyerocos “Ake tinggal ngangkang dia langsung tembak, selesai …mmmmpppphhhhhh”
Pak Yanto hanya tersenyum lalu mencium bibirku untuk menghentikan omonganku yang menggelontor hampir tidak berhenti. Kami kembali berciuman mesra dengan memainkan lidah masing-masing dari cara menciumnya aku bisa belajar ciuman yang dalam dan membangkitkan gairah. Selama ini aku hanya berciuman dengan suamiku hanya mengadukan bibir saja dan paling banter seperti bertukar ludah.
“mmmmmmpppphhhhhhh….ahhhh…mpppppphhhhhhh……ohhhhhh…..mpppphhhh” Saat berciuman aku tidak bisa menahan desahanku karena penis pak Yanto walaupun sudah tidak sekeras sebelumnya kurasakan berkedut-kedut di dalam liang senggamaku sehingga menimbulkan rasa geli yang nikmat. Aku kemudian membalasnya dengan menggerakkan otot kemaluanku untuk meremas-remas penisnya dengan gemas sambil tanganku menekan-nekan pantatnya.

“Ahhhhhh….” Desahku saat pak Yanto mencabut penisnya dari kemaluanku dan berbaring di sampingku. Aku mencoba memberanikan diri merebahkan kepalaku di dadanya berharap beliau bersedia memelukku, ternyata beliau menyambutku dengan mesra, bukan hanya membalas pelukanku tetapi juga membelai-belai tubuh dan rambutku.
Bossku itu juga minta aku merapikan bulu kemaluanku karena beliau lebih senang bulu yang rapi tipis dan minta waktu nanti kami bersetubuh lagi sudah berubah. Walaupun suamiku sebenarnya lebih suka kemaluanku berbulu lebat, tapi aku memilih akan menuruti kemauan pak Yanto saja dan aku akan cari alasan untuk suamiku. Apalagi dari kata-katanya itu artinya beliau mau mengajakku bersetubuh lagi di lain waktu yang membuat hatiku semakin berbunga-bunga.
Setelah cukup beristirahat, kami lalu mandi berendam bareng di bak air panas yang tersedia di kamar mandi hotel. Kami berendam sambil berpelukan, pak Yanto memelukku dari belakang sehingga tangannya bisa memeluk sambil memainkan kemaluanku, meremas-remas payudaraku dan memainkan putting susunya.
“Geli paaa….ohhhhh…hhhhhh ….shhhhhhhhh” Aku mulai mendesah dan mendesis saat pak Yanto menciumi leher dan kupingku sedangkan jarinya mulai dikeluarmasukkan ke dalam liang senggamaku yang terendam air.
Tanpa sadar badanku mulai menggeliat-geliat karena rangsangan yang dilakukan beliau. Aku juga merasakan penis bossku itu mulai mengeras di belakang punggungku sehingga membuatku semakin terangsang.
“Ohhhhhh….bapaaa…Ake pengen disetubuhi lagi…shhhhhhh” Aku memberanikan diri meminta beliau menuntaskan berahiku yang sudah sampai keubun-ubun.
Beliau lalu mencabut jarinya dari liang senggamaku dan mengangkat pantatku sedikit sehingga penisnya bisa diarahkan pada kemaluanku dari arah belakang.
BLESSSSSSSSS ………..

“OOOOOOOOOHHHHHHHHHHHHHHHHHH………………..nikmat sekali paaa” Erangku menyambut masuknya penis beliau ke dalam tubuhku.
“Euhhhhh….euhhhhh…euhhhh…euhhhhhh…euhhhh” Aku coba berinisiatif menggerak-gerakkan tubuhku naik turun di dalam air sambil berpegangan pada pinggir bak.
Gerakan naik turunku menimbulkan gelombang pada air bak yang makin lama semakin bergolak tak teratur seperti juga gairah kenikmatanku yang terus semakin bergelombang naik.
“Heeeehhhhhh ….Heehhhhh ….Heeehhhhh ….Heeehhhhh…” aku mencoba menaikkan tempo gerakanku tapi tetap saja hambatan air membuat gerakanku seperti gerakan slow motion di filem-filem.
Pak Yanto mengimbangi gerakanku dengan menaik turunkan pinggulnya sedangkan tangan kanannya semakin gencar meremas-remas payudaraku dari arah belakang dan tangan kirinya memainkan kelentitku.
“Oooohhhh ….ohhhh….ohhhhh….ohhhh….ohhhh…..ohhhhh” Gerakanku semakin liar dengan rangsangan dari beliau
“AAAKEEEE DAPEETTTTT LAGI …..OHHHHHHHHHHHHHH” Aku menjerit saat mendapat orgasme pertama di dalam air.

Aku berhenti menggerakkan tubuhku untuk menikmati gelombang orgasmeku yang luar biasa bagiku dengan nafas agak tersenggal-senggal. Pak Yanto masih menggerak-gerakkan pinggulnya sehingga penisnya tetap naik turun di dalam liang senggamaku, tangannya di silangkan di dadaku sambil meremas kedua payudaraku dengan lembut. Bibirnya yang hangat kurasakan menciumi tengkuk dan punggungku berulang ulang melengkapi kenikmatan yang kurasakan.
Pak Yanto memintaku memutarkan badan supaya posisi kami menjadi saling berhadapan dengan penisnya masih ada dalam kemaluanku. Kami berciuman sambil aku memeluknya, sedangkan tangan beliau memegang kedua buah pantatku sambil tetap menaik turunkan pinggulnya. Pelan-pelan gairahku timbul kembali dan mulai mengimbangi gerakan pinggulnya dengan menggerakkan pinggulku sendiri naik dan turun.
“Ahhhh ….Mmmmmppphhhhhhh……oohhhhhhh…..mmppppphhhh…” Kami meneruskan bersetubuh sambil terus berciuman.
Makin lama ciuman kami makin panas, bibir kami saling melumat dan permainan lidah yang semakin liar. Gerakan penis pak Yanto semakin kasar, penisnya dengan keras menyodok-nyodok ke dalam liang senggamaku sedangkan pantatku ditekannya kebawah oleh tangan beliau.

“Ohhhhhh ….ohhhhh….ohhhhhh….paaaa….ohhhhh….baapaaaa….aduuuhhhhh…” Aku hanya bisa mengerang nikmat tanpa berbuat apa-apa karena pak Yanto mengambil alih kendali.
“Akeeee…. Saya mau keluarrrrrr” pak Yanto mengerang
Aku rasakan tubuh pak Yanto bergetar keras sedangkan penisnya berdenyut-denyut dengan tidak kalah kerasnya.
SROOOOOOTTT …SROOOTTT…….SROOOTTTT …semprotan demi semprotan air mani bossku kembali membanjiri rahimku
“A..a..aahhhh..a..a..aahhhh…” pak Yanto mengerang tertahan
Walaupun aku tidak mendapat orgasme lagi yang berbarengan dengan ejakulasinya pak Yanto, aku tetap merasa puas karena sudah mendapat orgasmeku tadi. Aku lalu menciumi dan membelai-belai wajah bossku yang terlihat cukup kelelahan setelah bersetubuh denganku di air panas. Otot-otot liang senggamaku kembali aku kontraksikan untuk memijat-mijat penis pak Yanto yang juga sedang kelelahan di dalam tubuhku.
Bossku itu kelihatannya sangat suka dengan apa yang aku lakukan, beliau lalu membalas ciumanku dan memelukku dengan mesranya. Beliau kemudian menciumi seluruh wajahku, leherku dan payudaraku serta menghisap-hisap putingnya sambil mengucapkan kepuasannya bersetubuh denganku. Sebagai wanita tentu saja aku merasa bangga bisa memuaskan beliau yang merupakan bossku sehari-hari walaupun sebenarnya aku juga sangat puas karena mendapat kenikmatan yang lebih tinggi dari yang aku biasa dapat kalau berhubungan badan dengan suamiku sendiri.

Dengan posisiku tetap “menunggangi” beliau kami mengobrolkan berbagai hal, mulai dari pekerjaan sampai yang berkaitan kehidupan pribadi masing-masing, tentu saja sambil diselingi berciuman mesra. Pak Yanto sempat bertanya apakah aku pake pengaman, waktu aku balas dengan pertanyaan kenapa baru bertanya sekarang padahal beliau sudah dua kali menebar benihnya ? Beliau menjawab sambil tertawa bahwa karena aku sudah punya suami maka dia tidak terlalu khawatir kalau aku jadi hamil karenanya.
Aku memang sekarang memakai IUD sebagai pengaman karena belum merencanakan punya anak lagi. Kemudian iseng-iseng beliau aku tanya, kalau aku lepas IUDnya apakah dia mau menghamili aku ? Jawabannya cukup mengagetkan tapi sangat menyenangkanku karena beliau bersedia “menyumbang” benihnya tetapi tidak mau menikahiku. Tetapi beliau bersedia berkomitmen untuk membantu biaya “anak biologisnya” itu.
Setelah selesai berendam, kami lalu membersihkan badan dan berpakaian lagi untuk bersiap-siap pulang karena suamiku sudah akan menjemputku di tempat seminar tadi. Di tengah perjalanan pak Yanto memintaku melakukan oral seks, karena aku belum pernah melakukannya beliau lalu membimbingku mengenai cara melakukannya. Sesampainya di tempat parkiran tempat seminar, pak Yanto belum juga berejakulasi yang memaksaku untuk lebih agresif mengemut penisnya. Akhirnya beliau bisa ejakulasi dan memintaku meminum seluruh air maninya sampai habis.
Ternyata suamiku juga sudah ada ditempat parkiran menjemputku sehingga membuatku agak panik dan dengan terburu-buru aku segera merapikan baju dan rambutku serta memakai lipstik lagi yang telah hilang menempel di penis pak Yanto. Setelah semuanya rapih kembali aku keluar dari mobil pak Yanto dan ambil jalam memutar dari parkiran yang tidak terlihat suamiku untuk masuk ke tempat seminar. Aku kemudian menghampiri suamiku seolah-olah baru selesai seminar dan mengajaknya berkenalan dengan pak Yanto … bossku di kantor dan di ranjang.

 
boking online cewek smu 17 tahun